Seiring Gemercik Air Mengalir
Hempasan Angin
Gemeretak Helai Dedaunan
Kupersembahkan Untaian Do'a Dalam Sebuah Nama
Sebagai Ungkapan Rasa Kasihku Padamu
Wahai Puspita.
Lentera berkilau mengitari bumi
menepis daun-daun berselimut ungu
saat itu dewa pengantar menuliskan puisi
cahaya diatas cahaya
Impianmu selaksa do'a
terurai membahana
membasahi relung-relung jiwa
dalam-dalam
dalam masa
kau rajut cinta
dengan segala do'a dan air mata
Lautan semesta gita
pada ruang dan rentang waktu
kau ukir tinta emasmu
dalam diammu tersimpul sosok pribadi
santun polos dan terpuji
Ilir danau beningnya embun
kau sematkan iman
pada tarikan nafas panjangmu
rahasia dibalik rahasia
jadilah engkau seorang hamba yang berhati mulia
Semangat juangmu membakar pusar air pada dinding-dinding batu terjal
cahaya diatas cahaya
mengiringi setiap desah nafas Puspita
Senyummu luas samudera
semilir angin semerbak wangi bunga melati dipagi hari
kau selimutui auramau dengan baju dzikirmu
Ucapanmu, sapaan lembutmu, menjelma menari bisu dalam sukma
larutkan kesejukan nafas alam
Remang malam cahaya bintang putihnya awan
kau selipkan bait-bait suci dengan suara hampir tersembunyi
Yakinlah ini anugerah, bersyukurlah
Andainya suatu ketika nanti kau dapat mengeja wajah negeri
ku titip kepadamu hamparan tanah yang bergambar
beredar dan tenggelam
bacalah, ada hanya sebatas pandangan mata
walau adanya tak ada
hanya karena kita tak mampu mencerna
Nun
inilah sketsa yang terangkum lewat kata
menebar aroma, melahirkan bahasa rasa
semoga terjaga, jalinan silaturrahmi terpelihara
Insya Allah.
Saturday, November 30, 2013
Monday, November 25, 2013
PEREMPUAN DI SELATAN SANA
Mata ini lemah memandang perempuanku, kau yang ada disana
Kaki ini tak tahu melangkah menjemputmu, perempuanku yang ada disana
Tangan ini tak bisa merangkulmu yang jauh; kau yang disana
Hati yang bertadabbur tak sanggup membawa raga yang merindumu
aku harus bagaimana ?
Sementara jasmaniku tak dibawa terbang rohku yang melayang didepanmu
aku harus bagaimana ?
Mata ini tak mampu menyerang elok wajah yang disana
telinga ini tak siap mendengar intonasimu yang jauh disana
mulut ini membisu, diam untuk kau yang disana
Perempuanku yang disana
aku lihat matamu disini, dikamarku
aku peluk tanganmu dengan tangaku di kamarku
aku tutup matamu dengan cintaku
disitu, dikamarku
aku lakukan
aku ucapkan
aku cium keningmu
aku ucapkan didepanmu
kau akan aku tunggu dengan perasaan yang sama .
Kaki ini tak tahu melangkah menjemputmu, perempuanku yang ada disana
Tangan ini tak bisa merangkulmu yang jauh; kau yang disana
Hati yang bertadabbur tak sanggup membawa raga yang merindumu
aku harus bagaimana ?
Sementara jasmaniku tak dibawa terbang rohku yang melayang didepanmu
aku harus bagaimana ?
Mata ini tak mampu menyerang elok wajah yang disana
telinga ini tak siap mendengar intonasimu yang jauh disana
mulut ini membisu, diam untuk kau yang disana
Perempuanku yang disana
aku lihat matamu disini, dikamarku
aku peluk tanganmu dengan tangaku di kamarku
aku tutup matamu dengan cintaku
disitu, dikamarku
aku lakukan
aku ucapkan
aku cium keningmu
aku ucapkan didepanmu
kau akan aku tunggu dengan perasaan yang sama .
Friday, November 22, 2013
GADIS ADHEM
Pagi yang tak tahu menahu
Tak terdengar dering rintone kau memanggilku
Namun pagi itu sudah habis di makan ayam dan burung yang kelaparan
Cukup dengan segengggam tangan kecilku
Mukaku telah terkujur air embun yang dingin dan sejuk
Mata ini tak sempurna melihat ciptaanmu Tuhan
Tangan ini tak kuasa menerima salam yang lembut dan adhem
Hati ini yang gundah telah meninggalkan jauh sebab didepan ada ciptaanmu Tuhan
Siapakah ini ?
Kamu siapa ?
Suara pun berkomandang dengan perlahan dan penuh ketelatinan
Saat itu tak kuasa bibir ini berucap meski hanya sekejab mata berkedip
Aku lihat matamu
Aku pandangi bicara kamu
Aku rasakan manis lembutnya suaramu
Dan aku rasakan rasa takutmu sambil menarik lengan bajuku hingga mata kita menatap dekat.
Aku inginkan kau
Aku butuh kau
Aku bisakah bersama kau ?
Tak terdengar dering rintone kau memanggilku
Namun pagi itu sudah habis di makan ayam dan burung yang kelaparan
Cukup dengan segengggam tangan kecilku
Mukaku telah terkujur air embun yang dingin dan sejuk
Mata ini tak sempurna melihat ciptaanmu Tuhan
Tangan ini tak kuasa menerima salam yang lembut dan adhem
Hati ini yang gundah telah meninggalkan jauh sebab didepan ada ciptaanmu Tuhan
Siapakah ini ?
Kamu siapa ?
Suara pun berkomandang dengan perlahan dan penuh ketelatinan
Saat itu tak kuasa bibir ini berucap meski hanya sekejab mata berkedip
Aku lihat matamu
Aku pandangi bicara kamu
Aku rasakan manis lembutnya suaramu
Dan aku rasakan rasa takutmu sambil menarik lengan bajuku hingga mata kita menatap dekat.
Aku inginkan kau
Aku butuh kau
Aku bisakah bersama kau ?
Subscribe to:
Posts (Atom)